Selasa, 29 November 2011

sarah istri nabi ibrahim yang solikhah

tulisan dari kisah al quran

Dan istrinya berdiri (di sampingnya) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya`qub. Istrinya berkata "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh. (QS. Huud [11]: 71-72)

Ia adalah seorang wanita yang diberi anugrah kecantikan luar biasa dan dicatat sejarah sebagai wanita tercantik pada masanya. Tetapi, ia memiliki rasa cemburu yang besar. Maklum, ia wanita mandul yang tidak bisa memberikan keturunan dan hal itu membuatnya teramat sensitif. Kendati demikian, ia termasuk wanita yang beriman dan juga bertaqwa kepada Allah. Karena itu, ketika penguasa Mesir hendak berbuat jahat kepadanya, Allah melindunginya. Ia dicatat pula dalam sejarah Islam sebagai seorang istri shalihah yang sangat mencintai dan tunduk pada suami. Allah kemudian memberi kabar gembira dengan kelahiran seorang anak laki-laki kepadanya, padahal saat itu ia mandul dan sudah renta.

Itulah sosok wanita mulia yang dikenal dengan nama Sarah, istri nabi Ibrahim as. Juga, ibu nabi Ishaq as. dan nenek nabi Ya`qub as. Ia termasuk wanita yang kaya dan masih saudara dari nabi Ibrahim as, yang kemudian dinikahi oleh kekasih Allah tersebut. Selain cantik, Sarah tergolong murah hati karena ia memiliki kambing banyak dan lahan yang luas, tetapi dengan ringan tangan kemudian menghibahkan semua itu kepada nabi Ibrahim untuk diurus dan dikembangkan.

Tapi, ketika perintah Allah tentang risalah kenabian turun kepada nabi Ibrahim as dan beliau diperintahkan untuk menyampaikan risalah itu kepada kaumnya, tak ada yang menggubris. Bahkan setelah Ibrahim terbukti tak meninggal ketika dibakar oleh raja Namrud dan memiliki mukjizat bisa menghidupkan burung yang sudah disembelih (tentu atas ijin Allah), kaum nabi Ibrahim pun tetap tuli, sombong, keras kepala dan ingkar dengan kebenaran yang dibawa nabi Ibrahim as.

Tidak satu pun yang mau menerima ajakan nabi Ibrahim as, kecuali Sarah dan Luth, yang tidak lain adalah keponakan nabi Ibrahim as. Karena itu, nabi Ibrahim as dan Sarah yang pada waktu itu menetap di Babil (Irak) memutuskan untuk hijrah ke Baitul Makdis dan tinggal di daerah yang bernama Harran, sebuah daerah dekat Syam. Tidak beda dengan penduduk Irak, penduduk di Harran pun menyembah bintang dan juga patung. Di daerah itu, nabi Ibrahim as. diutus Allah untuk menghilangkan semua kejahatan, kemungkaran dan membasmi kebatilan.

Cobaan Sarah
Ketika negeri Palestina yang ditinggali nabi Ibrahim as. dan Sarah lagi dilanda kekeringan dan musim paceklik, nabi Ibrahim as kemudian berangkat ke Mesir. Ketika itu, Mesir berada di bawah seorang raja yang dikenal sangat jahat, dan doyan wanita. Oleh karena itu, nabi Ibrahim as sungguh mengkhawatirkan keadaan Sarah yang cantik dari kebejatan raja Mesir tersebut.

Apa yang dikhawatirkan nabi Ibrahim as itu terbukti. Tatkala nabi Ibrahim dan istrinya tiba di Mesir, ada salah seorang pejabat dari kerajaan (Mesir) yang melihat kedatangan tersebut. Dan saat pejabat itu melihat Sarah, ia terbelak. Kecantikan yang dimiliki Sarah itu, seketika membuat pejabat tersebut takjub. Maka ia segera pergi ke istana untuk menemui sang raja Mesir.

"Paduka, ada seorang wanita yang telah datang ke negeri Mesir ini dan dia itu hanya layak dimiliki oleh orang seperti paduka karena kecantikannya nyaris menutupi matahari di pertengahan hari," kata pejabat itu kepada raja Mesir.

Seketika, wajah raja Mesir berbinar-binar setelah mendengar laporan pejabat tersebut. Mulutnya mengumbar senyum lebar yang merekah dengan riang, juga terlukis tanda-tanda kesenangan dan kegembiraan. "Pergilah dan bawa wanita tersebut ke mari!" perintah raja kepada pejabat istana.

Sang pejabat itu pun segera pergi menemui nabi Ibrahim dan Sarah. Di depan nabi Ibrahim, utusan raja Mesir itu bertanya, "Siapakah wanita ini?"

"Ia saudaraku," Jawab nabi Ibrahim. Dan sejurus kemudian, Ibrahim mendekati Sarah dan berkata dengan suara pelan, yang nyaris tak didengar oleh utusan itu "Hai Sarah, di dunia ini tidak ada orang yang beriman kecuali engkau dan aku. Orang ini (utusan sang raja) bertanya padaku perihal dirimu, kemudian aku menjelaskan bahwa kamu itu saudara perempuanku dan kamu sesungguhnya adalah saudara perempuanku dalam Islam. Karena itu, engkau jangan membantahku."

Utusan sang raja itu lalu mengutarakan maksud kedatangannya, "Sesungguhnya raja menyuruhku untuk membawa wanita ini kepadanya."

Tak bisa menolak, Sarah akhirnya dibawa ke istana mesir. Tetapi, ia tidak gelap mata dengan tahta, sutra dan juga gelas-gelas yang diletakkan di meja jamuan, juga bantal-bantal sandaran yang disusun rapi, dan permadani yang terhampar di lantai istana. Hatinya terpaut kepada Allah, dan ia yakin bahwa ia dalam perlindungan Allah.

Setelah Sarah dihadapkan pada raja Mesir oleh utusan itu, sang raja langsung terpesona. Kecantikan Sarah yang luar biasa, membuat mata sang raja berbinar-binar. Ada semacam daya ghaib yang menyergapnya. Kecantikan Sarah itu, seakan membuat ruang istana menjadi terang. Hati sang raja terpikat dengan bentuk tubuh Sarah yang indah. Raja Mesir segera berdiri dari singgasananya, mendekatkan diri kepada Sarah.

Dalam hening dan diam itu, Sarah berdoa kepada Allah, "Ya Allah, jika Engkau mengetahui aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, serta tahu pula aku menjaga kemaluanku kecuali untuk suamiku, maka jangan kuasakan orang kafir kepadaku."

Seketika itu, sang raja gemetar dan nyaris pingsan. Seperti ada suatu kekuatan dahsyat yang menghentikan tarikan nafas dalam jantung raja Mesir yang doyan wanita itu ketika berada di hadapan Sarah. Ia tidak bisa bergerak, nyaris membeku dan hanya mulutnya saja yang bisa digerakkan. Rasa takut pun melanda rongga dan limpanya dan selanjutnya ia disergap kepanikan. Tangannya kaku, seperti menjadi batu.

"Hai wanita shalihah, berdoalah pada Tuhanmu agar Dia membebaskanku. Jika itu yang engkau lakukan, maka aku tidak akan mengganggumu lagi dan tidak akan mengulangi perbuatanku yang engkau benci."

Sarah bermunajat dan berdoa kepada Allah, meminta dengan sungguh-sungguh kepada-Nya agar tangan raja Mesir itu dibebaskan dari belenggu. Karena raja Mesir itu merasa ada tali yang mengikatnya, dan doa Sarah seakan membuat tali yang mengikat tangan raja Mesir itu lantas terlepas. Dan raja Mesir bisa bergerak lagi dengan normal.

Tapi, pesona dan sinar kecantikan Sarah, sungguh dahsyat. Karena itu, raja itu kembali tidak kuat menahan gejolak hati yang terpikat oleh keindahan. Ia tak tahan mendiamkan tangannya untuk diam. Ia pun lantas menjulurkan tangannya dan hendak menyentuh tubuh Sarah kembali.

Tetapi belum sempat tangan jahil raja yang sombong itu menyentuh tubuh elek Sarah, lagi-lagi tangan raja Mesir jahat itu terbelenggu kaku. Tangannya tidak bisa lagi digerakkan, alias lumpuh.

Dengan memelas, raja memohon kembali kepada Sarah untuk membebaskan tali belenggu itu, "Berdoalah engkau kepada Tuhan yang engkau sembah, agar Dia melepaskanku dan aku tidak akan mengulangi perbuatanku."

Sarah menurut. Ia bermunajat dan berdoa kembali, meminta Allah melepaskan tali ikatan yang membuat sang raja lumpuh. Setelah Sarah berdoa, sang raja terbebas kembali dari kelumpuhan dan kekakuan. Akan tetapi, sang raja (Mesir) ingkar janji dan menjulurkan tangannya hendak menyentuh tubuh Sarah kembali.

Karena dia ingkar janji, dia pun mengalami nasib tragis kembali. Tangannya tak bisa bergerak, lumpuh. Akhirnya, ia sadar dan dengan penuh harapan juga memelas, ia lagi-lagi meminta kepada Sarah untuk berdoa agar tanganya terlepas dari kelumpuhan. Ketika Sarah melihat raut muka raja yang serius, ia pun berdoa meminta kepada Allah agar sang raja itu dibebaskan.

Raja Mesir itupun terbebas. Dan ia tidak berani mengulangi perbuatan bejatnya itu kepada Sarah. Ia tahu bahwa Sarah adalah wanita suci yang dilindungi. "Hai wanita shalihah, betapa taatnya Tuhanmu ketika engkau berdoa untukku?" tanya raja Mesir itu dengan nada heran, penasaran dan ingin tahu jawaban dari Sarah.

"Jika engkau taat kepada Tuhanmu, Dia juga akan taat kepadamu."

Raja Mesir pun tersentuh. Sang raja memanggil utusan yang membawa Sarah ke hadapannya itu dan berkata, "Keluarkan wanita ini dari hadapanku karena engkau tidak datang kepadaku dengan membawa wanita, tetapi membawa setan."

Sang Raja pun berbaik hati, kemudian menghadiahkan budak wanita bernama Hajar kepada Sarah.

Muncul Rasa Cemburu
Setelah itu, nabi Ibrahim dan Sarah pulang ke Palestina dengan membawa serta budak wanita pemberian dari raja Mesir. Mereka bertiga menetap di Baitul Makdis dengan tenang. Tetapi hari demi hari berlalu, bulan demi bulan lewat dengan cepat dan tahun demi tahun pun berjalan. Tentu dengan bertambahnya umur, Sarah semakin tua. Demikian juga dengan nabi Ibrahim. Karena itu, Sarah diliputi sedih. Apalagi, dia itu mandul dan tidak bisa memberikan keturunan kepada nabi Ibrahim. Padahal, nabi Ibrahim sangat mengharap keturunan untuk meneruskan perjuangan dakwah.

Dalam keadaan yang muskil untuk memberikan keturunan itulah, Sarah tersadar dan merasa tersentuh dengan keadaan Hajar. Karena itu, Sarah kemudian menawarkan Hajar kepada Ibrahim meski ia –dalam hati yang paling dalam-- ditimpa cemburu. "Hai kekasih Allah, inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya."

Nabi Ibrahim as teringat akan janji Allah bahwa Dia akan memberi beliau anak keturunan yang baik dan shaleh. Akhirnya Ibrahim menikahi Hajar. Dan janji Allah itu terbukti. Tidak lama kemudian, Hajar pun hamil. Waktu berlalu. Dan hari kelahiran itu akhirnya tiba. Hajar melahirkan seorang anak laki-laki yang sempurna dan diberi nama Isma`il.

Dengan kelahiran Isma`il itu, Sarah dilanda api cemburu. Ia kemudian meminta kepada Ibrahim untuk menjauhi Hajar dan Isma`il. Allah menurunkan wahyu kepada nabi Ibrahim agar membawa pergi Hajar dan Isma`il. Untuk perintah yang dikehendaki Allah, maka Ibrahim, Hajar dan anaknya (Isma`il) yang masih menyusui itu akhirnya pergi ke suatu lembah yang tidak ada tanaman di dekat Baitullah yang dihormati untuk memulai kisah baru.

Di tengah keadaan yang kering dan juga tiada tanam-tanaman itu, nabi Ibrahim berdoa kepada Allah dengan penuh kekhusukan. "Ya, Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai taman-taman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim [14]: 37)

Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim. Ibrahim lalu kembali ke Palestina. Meski tinggal di negeri yang tiada tanam-tanaman dan juga kering kerontang, ternyata air memenuhi sekeliling Baitul Haram berkat Ismail. Allah telah memancarkan baginya air zamzam yang suci.

Turun Kabar Gembira
Sepulang dari Makkah itu, nabi Ibrahim as. menjalani hidup seperti sedia kala. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur`an, nabi Ibrahim as dikenal sebagai orang yang menghormati tamu yang datang dan berkunjung dengan sangat santun. Tetapi, sudah lama sekali nabi Ibrahim tidak kedatangan tamu. Pada suatu hari, Ibrahim kedatangan tamu. Seperti biasa, Ibrahim menyuruh kepada Sarah untuk menghormati tamunya itu. Nabi Ibrahim menyuruh Sarah agar menyembelih anak sapi yang gemuk.

Setelah selesai dibakar, menjadi panggang daging kemerah-merahan, daging itu pun disuguhkan. Tetapi, mereka (tamu-tamu itu) entah kenapa tidak mau mengambil dan memakan makanan yang disuguhkan. Jadi, nabi Ibrahim heran melihat keanehan itu. Begitu juga Sarah. Nabi Ibrahim bahkan merasa takut sebagaimana diceritakan dalam al-Qur`an. "Sesungguhnya kami takut kepada kalian." (QS. Al-hijr [15]: 52).

Tetapi, mereka itu memang bukan tamu sembarang tamu, tetapi malaikat yang diutus Allah untuk membinasakan kaum Luth yang telah berdosa dan melampaui batas. Akhirnya tamu itu berkata, "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth." (QS. Huud [11]: 70).

Malaikat itu mampir di kediaman Ibrahim karena juga diperintah Allah agar memberi “kabar gembira” kepada Ibrahim, "Maka kami Sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya`qub (QS. Huud [11]: 71).

Sarah kaget dengan kabar itu. Sarah heran kerena ia sudah tua, berumur lebih sembilan puluh tahun. Ia bertanya-tanya, "Sungguh aneh, apakah aku akan melahirkan padahal aku sudah tua? Dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. (QS. Huud [11]: 72)

Para Malaikat berkata, "Apakah kamu merasa heran tentang ketatapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kalian, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah (QS. Huud [11]: 73).

Rahmat Allah tersebut betul-betul rahmat Agung. Tidak ada yang mustahil bagi Allah dan janji Allah yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya terbukti. Sarah kemudian hamil dan setelah itu melahirkan seorang bayi lelaki sempurna yang diberi nama Ishaq. Ia melahirkan ketika berusia 99 dan nabi Ibrahim berusia 100 tahun.

Sarah dicatat sejarah menjadi ibu bagi nabi Ishaq dan nenek bagi nabi Ya`qub dan menjadi contoh tentang kekuasaan Allah yang tidak mengenal batas, bahwa tidak ada sesuatu yang tak mungkin bagi Allah. Kalau Allah menghendaki, maka apa yang mustahil bisa terwujud. Buktinya, Sarah yang mandul dan sudah tua, bisa melahirkananak
»»  BACA SELANJUTNYA...

Jumat, 18 November 2011

menjebak pencuri

Pada zaman dahulu orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan karena kesederhanaan berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil menggondol seratus keping lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak sudi menyerah. Hakim telah berusaha keras dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa pemilik harta itu mengumumkan kepada siapa saja yang telah mencuri harta miliknya merelakan separo dari jumlah uang emas itu menjadi milik sang pencuri bila sang pencuri bersedia mangembalikan.

Tetapi pencuri itu malah tidak berani menampakkan bayangannya. Kini kasus itu semakin ruwet tanpa penyelesaian yang jelas. Maksud baik saudagar kaya itu tidak mendapat-tanggapan yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tidak bisa disalahkan bila saudagar itu mengadakan sayembara yang berisi barang siapa berhasil menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya memiliki harta yang dicuri. Tidak sedikit orang yang mencoba tetapi semuanya kandas.

Sehingga pencuri itu bertambah merasa aman tentram karena ia yakin jati dirinya tak akan terjangkau. Yang lebih menjengkelkan adalah ia juga berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini bagaikan menghadapi jin. Mereka tahu kita sedangkan kita tidak. Seorang penduduk berkata kepada hakim setempat.

"Mengapa tuan hakim tidak minta bantuan Abu Nawas saja?"
"Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?" kata hakim itu balik bertanya.
"Kemana dia?" tanya orang itu.
"Ke Damakus." jawab hakim
"Untuk keperluan apa?" orang itu ingin tahu.
"Memenuhi undangan pangeran negeri itu." kata hakim.
"Kapan ia datang?" tanya orang itu lagi.
"Mungkin dua hari lagi." jawab hakim. Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas. Pencuri yang selama ini merasa aman sekarang menjadi resah dan tertekan. Ia merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang emas yang berhasil dicuri. Tetapi ia membatalkan niat karena dengan menyingkir ke luar daerah berarti sama halnya dengan membuka topeng dirinya sendiri. Ia lalu bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.

Abu Nawas telah kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas menerima tawaran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati pencuri uang emas itu tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas menyiapkan siasat. Keesokan harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang.

Tanpa berkata-kata Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya dari rumah. Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, "Tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembaii tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang pulanglah kalian."

Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. Ia tidak bisa memejamkan mata walaupun malam semakin larut. Ia terus berpikir keras. Kemudian ia memutuskan memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan seperti ukuran semula. Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu merasa tenang karena ia yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? Ia memuji kecerdikan diri sendiri karena ia ternyata akan bisa mengelabui Abu Nawas.

Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia takut tongkatnya bertambah panjang.

Pencuri itu diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri.
»»  BACA SELANJUTNYA...

kisah abu nawas membangun istana di angkasa

Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersama seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas lebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaanya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas temyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

"Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku lebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?"
"Tidak ada yang tidak mungkin diiakukan di dunia ini Paduka yang mulia." kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.
"Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu." kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. Ia menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali. Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan.

Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas. Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pemah bermain layang-layang. Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Ia bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-omamen lainnya. Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.

Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar. Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas. Abu Nawas berkata dengan bangga.

"Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung."

"Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas." kata Baginda memuji Abu Nawas.
"Terima kasih Baginda yang mulia." kata Abu Nawas.
"Lalu bagaimana caranya aku ke sana?" tanya Baginda.
"Dengan tambang, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.
"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat." kata Baginda tidak sabar.
"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun." kata Abu Nawas.
"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda.
"Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia." kata Abu Nawas dengan bangga.
"Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa,terbang ke sana." kata Baginda. "Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot. "Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu." jawab Abu Nawas tangkas.

"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi. "Baginda tahu bahwa. membangun istana di awang-awang.adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjkannya, sedangkan hamba tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan. Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu." kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambil memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

"Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel. "Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku." jawab Abu Nawas tanpa ragu.
»»  BACA SELANJUTNYA...

Kamis, 10 November 2011

kisah lain dari uwais al qorni

Sebuah kapal yang sarat dengan muatan dan bersama 200 orang temasuk ahli perniagaan berlepas dari sebuah pelabuhan di Mesir. Apabila kapal itu berada di tengah lautan maka datanglah ribut petir dengan ombak yang kuat membuat kapal itu terumbang-ambing dan hampir tenggelam. Berbagai usaha dibuat untuk menghindar dari terjangan badai, namun semua usaha mereka sia-sia saja. Kesemua orang yang berada di atas kapal itu sangat cemas dan menunggu apa yang akan terjadi pada kapal dan diri mereka.

Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah S.W.T. Kemudian lelaki itu turun dari kapal yang sedang terunbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan solat di atas air.
Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan di atas air dan dia berkata, “Wahai wali Allah, tolonglah kami. Janganlah tinggalkan kami!” Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya. Para peniaga itu memanggil lagi, “Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!”
Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, “Ada apa?” Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, “Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak menolong  kapal yang hampir tenggelam ini?”
Wali itu berkata, “Dekatkan dirimu kepada Allah.”
Para penumpang itu berkata, “Apa yang mesti kami buat?”
Wali Allah itu berkata, “Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat.”
Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, “Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat.”
Wali Allah itu berkata lagi, “Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah.”
Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan meng hampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan harta benda itu pun tenggelam ke dasar laut.
Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu.
Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, “Siapakah kamu wahai wali Allah?”
Wali Allah itu berkata, “Saya ialah Awais Al-Qarni.”
Peniaga itu berkata lagi, “Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir.”
WaliAllah berkata, “Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?”
Peniaga itu berkata, “Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah.”
Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah S.W>T agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya.
Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang.
Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membahagi-bahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. Wallahu a’alam.
»»  BACA SELANJUTNYA...

RENDAH HATI

Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.  Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.
maka dari itu sebaiknya kita tanamkan dalam diri kita jiwa ANTA KHOIRUM MINNI yang artinya kamu lebih baik dari saya, dalam segala aspek sehingga kita akan trjaga dari sifat sombong,
terhadap anak kecil atau orang yang lebih muda dari kita sebaiknya kita  mengatakan anta khoirum minni ( kamu lebih baik dari saya ) mengapa ?? karena mereka yang lebih muda atau lebih sedikit umurnya tentu saja  mereka lebih sedikit pula dosanya dan kesalahanya di mata ALLAH, sedangkan kita yang lebih banyak umurnya tentu lebih banyak pula dosa dan kesalahan kita.
terhadap orang tua atau orang yang lebih tua umurnya di banding kita, kita tanamkan jiwa ANTA KHOIRUM NINNI, ( kamu lebih baik dari saya ) mengapa?? karena mereka yang umurnya tua atau yang banyak umurnya tentu lebih banyak pula amal ibadahnya dan kebaikanya di banding kita umurnya yang lebih sedikit , maka dari itu jika kita tanamkan dalam diri kita masing2 sejak dini jiwa anta khoirum minni,insyallah kita tidak gampang sombong, angkuh,dan sifat egois. karena allah tidak menyukai orang yang sombong, sebab sifat sombong hanya allah yang punya, barang siapa yang mengambilnya dari allah, maka akan di masukkan dalam jahannam, NA`UDZU BILLAH,
mudah2an kita semua terhindar dari sifat2 yang tercela dan selalu dapat menjadi jiwa yang selalu memperbaiki diri menjadi yang lebih baik AMIN.
»»  BACA SELANJUTNYA...

Sabtu, 05 November 2011

nasihat burung kepada pemburu

Pada suatu hari, ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata Kepadanya, Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri kau tiga nasihat. Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.


Orang itu setuju, lalu ia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal. Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Disampaikannya nasihat yang kedua, Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti.

Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya. Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, setidaknya, katakan padaku nasihat
yang ketiga itu! Si burung menjawab, Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padaku agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia.

(Catatan: Dalam lingkungan darwis, kisah ini dianggap sangat penting untuk mengakalkan fikiran siswa sufi, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak boleh dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan sufi, kisah ini terdapat juga dalam karya klasik Rumi, Matsnawi. Kisah ini juga ditonjolkan dalam Kitab Ketuhanan karya Fariduddin Aththar, salah
seorang guru Rumi. Kedua tokoh sufi itu hidup pada abad ke tiga belas)
»»  BACA SELANJUTNYA...